My Life

my link

my link
smart

Jumat, 10 Desember 2010

Kisah Dua Sahabat si Buta dan si Bungkuk


Di suatu kampung tinggalah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab sekali. Kemanapun merea pergi selalu bersama. Hampir tidak pernah terjadi pertengkaran diantara mereka. Jika satu diantara mereka sedang marah, yang lain berdiam diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada kesulitan, selalu mereka atasi bersama.

Pada dasarnya mereka memang saling membutuhkan, karena keadaan mereka tubuh mereka mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta matanya, pemuda yang satu lagi dapat melihat tapi tubuhnya bungkuk. Oleh karena itu orang menyebut mereka si Buta dan si Bungkuk.

Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikitpun ia curiga kepada temannya, si Bungkuk. Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering menipu dirinya setiap mereka menghadiri selamatan.

Si Buta selalu duduk berdampingan dengan si Bungkuk. Saat makan, si Buta selalu mengeluh, "Pemilik Rumah ini kikir sekali!" bisiknya kepada si Bungkuk agar tidak terdengar orang lain. Si bungkuk hanya tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara diam - diam ia memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta ditukar dengan sayur labu. Akibatya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu. Si Bungkuk merasa bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan ia dapat memanfaatkan kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang tidak mengetahui kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya itu. Setiap saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.


Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari dari kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam margasatwa hidup di sana seperti burung, monyet, binatang melata, dan rusa. Rupanya pada hari itu mereka bernasib baik, seekor rusa jantan yang cukup besar berhasil mereka tombak. Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan hiasan dinding. Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tilang. Daging dan lemak rusa diambil si Bungkuk.


Akhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan rusa yang telah mereka masak dan siap menyantapnya. ”Sedappp!” kata si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam mulutnya. ”nikmat” kata si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari piring dan menggigitnya. Si Buta bersungut – sungut karena yang digigit ternyata tulang semua. ”Sayang, rusa begitu besar tapi tak punya daging! Besok kita berburu lagi, tetapi rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya,”. Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh karena itu, ia mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras sehingga tetap tidak tergigit. Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. Ia mengerahkan seluruh tenaga dan menggigit tulang itu sekuat kuatnya hingga bola matanya hendak keuar dari lubang mata. Keajaiban Tuhan pun terjadi. Mata si Buta dapat melihat.


”Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya. Ketika ia melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan piring si Bungkuk daging yang empuk, bukan main marahnya. ”Sekarang terbukalah topeng kebusukanmu selama ini!” katanya. Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk itu dipukul dengan tulang itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama sekali. Seluruh tubuh si Bungkuk babak belur.


Seperti si Buta, keajaiban pun terjadi pada si Bungkuk. Ketika ia bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti orang sehat. ”Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si Bungkuk. Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan. Persahabatan mereka pun semakin akrab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar